Aksi Nyata
Penerapan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Di kelas dan Sekolah
PGP Angkatan 2-Lulu Yudhisinta Nuranggeraini-Bandar Lampung
Fasilitator: Mahmun Zulkifli., M.Pd
Pengajar Praktik/Pendamping Individu: Yulia Budiarti., S.Pd
Assalamualaikum teman-teman. Minggu ini adalah minggu ke Tiga saya mengikuti Diklat " Pendidikan dan Pelatihan Gelombang 2 PGP Modul 1. Atau biasanya di sebut dengan CGP Angakatan 2 Bandar Lampung.
Kegiatan ini adalah Sebuah Program yang di gagas oleh Kemendikbud dalam rangka meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia.
Untuk bisa mengikuti Diklat ini hampir sama saat diri kita melamar pekerjaan disebuah perusahaan besar yang bergengsi, banyak sekali yang mendaftar, jumlahnya ribuan pendidik dari seluruh Indonesia tapi hanya sedikit yang diterima untuk mengikuti Diklat.
Mungkin teman-teman penasaran, kenapa kak lulu mau saja mengikuti kegiatan itu. Melalui tulisan ini akan saya ceritakan mengapa pada akhirnya saya mengikuti kegiatan Diklat yang menyenangkan ini. Sebenarnya saya sama sekali tidak berminat mengikutinya.
Hanya sebatas tuntutan pekerjaan, karena waktu itu ibu Marlena Kepala Sekolah UPT SMPN25 Bandar Lampung meminta saya berpartisipasi mewakili sekolah. Ya pada saat itu saya tidak bisa menolak tugas tersebut, karena beliau Ibu Marlena kalau papasan dengan saya pasti yang ditanya sudah daftar belum, gimana kabarnya kegiatan seleksi?
Beliau dan teman-teman rekan kerja luar biasa mensuport saya untuk mau mengikuti kegiatan Diklat. kurang lebih seperti itu, kalau lebih kurang saya mohon ampun kepada Allah.
Didepan beliau saya bilang, baik ibu saya akan urus semua berkas, tapi niat saya nanti saya buat essay serius hanya saja, saya berniat tidak mau mengumpulkan essay. Jadi kalau ditanya sudah daftar jawabannya sudah😀.
Jangan ditiru ya teman, karena doa yang jelek tidak akan dikabulkan Allah. Mungkin Allah ingin saya benar-benar mengikuti kegiatan Diklat. Karna bagi Allah ini yang terbaik untuk saya. Ada makna dibalik mengapa saya harus terlibat dengan kegiatan ini.
Sebenarnya penyebab saya tidak mau mengikuti kegiatan seleksi karena hal sepele. Tapi tolong jangan diketawain ya. Penyebabnya karena saya kurang setuju dengan Tema diklat "Guru Penggerak" saya lebih setuju dengan Tema "Pendidik Penggerak". Selain memfokuskan kepada peran pendidik juga karena di sekolah tidak hanya ada Guru sebagai Pendidik melainkan juga ada kami konselor sekolah.
Saya sedih karena profesi konselor seperti tidak dianggap ada didalam dunia pendidikan. Kalaupun ada dipandang sebelah mata dan kebanyakan ada stigma yang muncul dari para peserta didik.
Kasihan para konselor sekolah. Dianggap Polisi Sekolah, ditakutin seolah melihat hantu, dicurigain, di pikir dan dinilai tidak punya pekerjaan. Hanya karena tidak selalu mempublikasikan apa yang sedang dikerjakan. Hal ini berkaitan dengan kode etik rahasia Profesi kami.
Semoga nantinya profesi konseling bisa bermartabat dan setara dengan profesi lainnya Aamiin.
Saya yang sudah bekerja menjadi konselor sekolah dan konselor untuk masyarakat umum dari tahun 2009 sampai 2021 tidak pernah mau melakukan kegiatan mal praktik seperti berbuat kasar kepada peserta didik, memarahi atau bertindak seperti polisi. Karna saya tahu dampak psikologis bagi diri saya dan peserta didik jika sampai hal itu terjadi.
Bayangkan teman kalau kamu tidak melakukan hal negatif, tapi saat orang lain tau pekerjaanmu konselor disekolah lalu kamu dikira melakukan kegiatan-kegiatan negatif yang tidak pernah kamu lakukan. Kira-kira bagaimanakah perasaan kamu, pasti sedih😐.
Alhandulillah saya sudah kebal dengan tuduhan itu. karna saya tidak melakukan kegiatan negatif tersebut. Jika ada yang bertanya, sekarang pekerjaan yang sedang saya tekuni apa? Maka saya akan menjawab, bahwa saya adalah konselor di sekolah.
Jika penanya lanjut mempertanyaan Konselor itu apa, saya jelaskan kembali, dan jika orang yang bertanya ke saya menjawab Guru Bimbingan Konseling, Maka saya akan bertanya kembali, Yang ditahu tentang Guru Bimbingan Konseling itu sosok seperti apa? Dan jika akhirnya orang yang bertanya itu menjawab dengan hal positif maka saya iyakan.
Namun jika ia menjawab dengan jawaban oh polisi sekolah, maka saya akan jawab, bukan itu pekerjaan saya tidak seperti itu.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa ketika kami lulus pendidikan Profesi konseling saya dan teman teman melaksanakan proses pelantikan, kami disumpah dengan Al-Qur'An saat Pelantikan tersebut di Universitas Negeri Semarang untuk dapat menjalankan kode etik profesi dan tidak melakukan mal praktik.
Maka itu saya tidak pernah mau marah, selain tidak profesional juga bisa membuat banyak penyakit muncul, wajah cepat tua dan menguras tenaga.
Jika kalian bilang, kan tidak ada yang tahu kalau kita marah atau melakukan mal praktik. Bisa saja saya seperti itu, tapi saya berjanji bukan dengan para dosen dan guru besar yang melantik kami, kami berjanji bersumpah di hadapan Allah. Dan Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang selalu memperhatikan kita. Pasti melihat apapun yang kita lakukan.
Semoga teman-teman tidak bosan membaca tulisan saya. Saya lanjutkan ke cerita di awal ya, akibat doa buruk tidak dikabulkan, doa harapan dari kepala sekolah lah yang dikabulkan.
Lagi-lagi karena saya tidak berminat, walau sudah diberitau teman yang antusias mengikuti seleksi, saya tetap istikomah, jika terakhir hari Minggu, maka saya berencana akan menyelesaikan di hari minggu.
Saya berdoa untuk diri sendiri semoga tidak diterima dan tidak lulus. Berbeda dengan teman CGP lain yang sangat menginginkan lulus. Saya tidak banyak permintaan kepada Allah saya menerima apapun takdir dari Allah. Jika lulus atau tidak lulus saya siap😁. Karna saya sangat paham, bahwa peserta nya ribuan dan banyak.
Hingga saat saya sedang sibuk dengan pekerjaan, teman saya memberitahukan saya, bahwa saya lulus, rasanya seperti tidak percaya teman-teman. Rasanya campur aduk. Saya pun bergegas melihat file pengumuman.
Selintas muncul dalam ingatan perjuangan menyelesaikan penulisan Essay di hari terakhir pengumpulan Essay, serta kecemasan saat mempersiapkan sesi wawancara, karena di hari H jadwal wawancara, kamera leptop tiba-tiba tidak berfungsi, padahal satu hari sebelumnya semuanya berjalan dengan lancar dan terkendali, hingga akhirnya wawancara berhasil dilakukan dengan hanya menggunakan Hand Phone.
WhatsApp grup kedinasan di Hand Phone saya sudah ramai dengan ucapan dari teman-teman yang juga senang melihat saya berhasil diterima menjadi peserta CGP. Saya pun membalas WA teman-teman dengan mata berkaca-kaca.
Rasanya senang sekali membayangkan hari-hari nanti saya akan belajar bersama teman-teman yang semangat belajar, dan itu kurang lebih selama 9 bulan akan di isi dengan kegiatan Diklat sambil tetap mengerjakan tugas yang utama sebagai Konselor di sekolah.
Berikut sedikit rangkaian kegiatan yang sudah dilalui dari minggu pertama saat lokakarya perdana hingga saat ini.
Kegiatan diklat secara daring menggunakan google meet.
Alhamdulillah proses belajar mandiri setiap hari melalui moodle lms, tidak membuat saya merasa belajar sendiri, teman-teman sesama CGP juga membuat saya saya benar-benar merasakan semangat untuk terus belajar tanpa kenal waktu hingga begadang. Walau proses belajar dilakukan di rumah masing-masing😊.
Saya juga jadi merasa seperti mahasiswa yang sedang kuliah karena memiliki banyak deadline yang harus di selesaikan. ketika mendapatkan pencerahan ilmu baru, saya tipe orang yang suka mencoba kembali. Sekali berhasil membuat sebuah desain, bawaannya ingin terus membuat desain. Sekali membuat artikel kemudian diberi respon positif oleh Bapak Mahmun dan Ibu Yulia selaku Fasilitator dan Pendamping Praktik dengan kata-kata baik tentang hasil karya tugas yang sudah kami kerjakan.
Membuat saya merasa diberi Suport dari Beliau dan benar-benar menjadi mood boster kami untuk berusaha memberikan yang terbaik dan terus belajar.
Tadinya blog ini hanya dibuat untuk peserta didik dan klien atau konseli untuk dapat memberikan pemahaman lebih bagi mereka.
Melalui proses belajar diklat ini saya baru sadar kalau blog saya juga bisa di isi tulisan refleksi pemikiran diri, karena ditulis, tulisan mampu membuat saya menjadi bisa mengingat kembali ide yang muncul untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik.
Dengan suasana Pandemi Covid 19 yang belum berakhir. Kegiatan Belajar Mengajar di SMPN 25 Bandar Lampung dilaksanakan dengan cara kombinasi Daring (Dalam Jaringan) dan Luring (Luar Jaringan).
Setiap harinya para pendidik sesuai jadwal kehadiran, akan bekerja melalui Sekolah, tentunya dengan menjaga protokol Kesehatan. Media pembelajaran yang digunakan oleh Peserta didik yang mengikuti kegiatan daring adalah Moodle, Lark Meeting dan WhatsApp. dan Bagi peserta didik yang tidak memiliki alat komunikasi, maka orang tua wali murid akan datang secara rutin satu minggu sekali dihari kamis untuk mengumpulkan tugas dan mengambil tugas.
Khusus untuk pelayanan Konseling yang bukan mata pelajaran, kurikulum di sekolah kami membebaskan kami berkreasi dalam memberikan pelayanan konseling di sekolah.
Tim kami sepakat hanya menggunakan media WhatsApp, blog, podcast dan Lark Meeting.
Lark meeting digunakan saat Jam pertama KBM agar Pendidik dapat melihat para peserta didik, berinteraksi, melakukan doa bersama dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu masuk jam pertama, dan seterusnya.
Proses belajar dimulai jam delapan pagi hingga jam setengah 12 siang, dengan waktu istirahat atau jeda antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain sekitar 15 menit.
Ide saya muncul ketika Bapak Mahmun Fasilitator kami menyarankan agar kami membuat karya dengan aplikasi canva.
Setelah berhasil mencoba beberapa desain karya dengan aplikasi tersebut, rasanya senang sekali, semuanya menjadi satu. Terbayang untuk bisa membuat poster yang dapat dibagikan kepada peserta didik, meluruskan pemahaman yang salah mengenai pelayanan konseling di sekolah.
Terbayang oleh diri saya, jika selama ini hanya peserta didik yang mengikuti tes multiple intelelegency untuk mengetahui kecerdasan yang paling dominan pada diri mereka, sehingga dapat mudah mengarahkan potensi peserta didik.
mungkinkah para pendidik dan tenaga pendidik juga diberikan kesempatan untuk mengikuti tes tersebut, sehingga mereka dapat memahami kecerdasan yang paling dominan dan dapat bekerja sesuai dengan potensi mereka.
Sekaligus dapat lebih berempati dengan peserta didik yang memiliki kemampuan beragam tidak bisa disama ratakan.
Saya juga berfikir bisa tidak ya saya untuk mengajak anak-anak membuat blog dan meminta mereka mengisi blog mereka dengan karakter diri mereka.
Isi blog nya adalah hal-hal yang pada intinya saya bisa lebih jauh mengenal mereka dari tulisan mereka, mungkin saya akan tetap bimbing minggu ini isi tema blognya menulis perkenalan diri, minggu berikutnya tentang keluarga, berikutnya tentang home tour, minggu berikutnya mengenai mengenal diri lebih jauh, minggu berikutnya apa kata orang terdekatku tentang aku, minggu berikutnya tentang profesi di sekitar aku dan lain sebagainya hingga akhirnya peserta didik bisa mengetahui potensi diri, tujuan belajar, profesi yang diidamkan dan lain sebagainya. 😍😊
Atau mungkin tidak ya, jika peserta didik juga saya ajak untuk bisa membuat podcast, sehingga saya bisa mendengar suara mereka minat harapan dan kepribadian mereka melalui podcast. karna saya benar-benar sedang berfikir bagaimana caranya peserta didik ini senang belajar atau suka belajar, suka membaca dan menulis, tidak berhenti belajar, tidak malas belajar dan berfikir untuk berhenti sekolah.
Kemudian pikiran lain yang muncul adalah untuk melibatkan rekan kerja guru mata pelajaran dalam menemukan jawaban pertanyaan saya tersebut, siapa tau mereka memiliki ide cemerlang yang tidak terfikirkan oleh saya dan teman-teman yang lain.
salah satu caranya adalah dengan memberikan angket google formulir kepada mereka dan mempersilahkan bagi guru mata pelajaran yang berhasil membuat peserta didik mencapai kompetensi dasar dengan nilai-nilai yang bagus, untuk dapat berbagi cerita hal apa saja yang telah dilakukan. Sehingga guru mata pelajaran lain dapat mengikuti hal baik yanh sudah dilakukan guru mata pelajaran tersebut.
Dan satu hal lagi ide yang muncul adalah, melibatkan teman-teman yang sukses dibidangnya masing-masing untuk berbagi cerita, pengalaman, kisah positif yang dapat dijadikan inspirasi oleh pesertas didik sebagai pendengar pod cast, sehingga peserta didik lebih bersemangat meraih cita dan mimpi.
Oya teman-teman berikut ini sebagian karya desain anak didik asuh saya di kelas tujuh. Mereka menggunakan aplikasi canva untuk berkreativitas dalam kegiatan belajar. Saya membebaskan mereka untuk memilih salah satu materi yang sudah pernah saya berikan kepada mereka, untuk selajutnya mereka membuat sebuah karya dengan materi tersebut. Di Kelas Bimbingan Klasikal secara daring saya menyarankan kepada peserta didik dan rekan kerja saya untuk bisa menggunakan canva dalam rangka mengoptimalkan kreatifitas. berikut salah satu hasil karya peserta didik asuh💕:
Woouuu kerrreeen bunda Lulu..
BalasHapusTerimakasih bu endang cantik
HapusKeren banget mba Lulu... Profisiat
BalasHapus🥰 terimakasih
HapusMasyaAllah.. jadi nambah ilmu tentang Konseling yg selama ini minim informasi, ini eye opener lho bu Lulu, sisi Konselor yg belum terungkap dan semoga lebih banyak lagi informasi yang "meluruskan" tentang konseling dan Konselor.
BalasHapusBu Lulu kaya akan ide dan saya yakin dapat dieksekusi dengan sukses, apalagi memang sekarang berada di tempat dan timing yang tepat.
Tetap semangat melakukan hal-hal baru yang menebar manfaat , bu Konselor hebat !
MasyaAllah terimakasih, atas responnya ..🤩😂saya senang sekali. Alhamdulillah jika tulisan ini bisa bermanfaat🙏
Hapus