Perilaku Beresiko
Pendahuluan
Masa remaja merupakan periode yang penuh dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu pada remaja seringkali mendorong remaja untuk mencoba hal-hal yang baru. American Psychological Association (n.a.) mengatakan bahwa salah satu ciri remaja adalah senang melakukan perilaku yang mengandung resiko (risk taking behavior). Risk taking behavior sebetulnya merupakan hal yang positif bagi perkembangan remaja. Beberapa risk taking behaviour yang dianggap positif, diantaranya mengikuti olah raga ekstrem (sepeda gunung, menyelam, panjat tebing dsb.), menjadi relawan tanggap bencana, atau menjadi tenaga pengajar di daerah terpencil di Indonesia. Melalui risk-taking behavior, remaja akan belajar untuk menbangun identitasnya, mengambil keputusan, membuat penilaian untuk dirinya dan orang lain.
Terdapat beberapa alasan mengapa remaja seringkali melakukan risk-taking behavior. Diantara alasan-alasan tersebut adalah:
Perilaku ingin mencoba-coba.
Ingin tampak keren didepan teman-temannya.
Peer-pressure.
Keinginan meniru orang dewasa.
(American Psychological Association, n.a.)
Jenis-jenis Perilaku Beresiko
Meskipun risk-taking behavior memiliki beberapa manfaat, akan tetapi apabila tidak mendapat bimbingan yang memadai dari orang tua dan guru, hal ini akan memiliki potensi menjadi perilaku yang negatif. Diantara perilaku-perilaku beresiko yang negatif bagi perkembangan remaja adalah:
Self-harm atau perilaku menyakiti diri sendiri
Keinginan menyakiti diri sendiri biasanya sering dialami oleh individu yang mengalami depresi atau bahkan oleh individu yang memiliki konsep diri negatif. Perasaan merasa ditolak, berbeda, dan tidak berharga seringkali dirasakan oleh seorang remaja sehingga akhirnya mereka melakukan perilaku yang menyakiti diri sendiri. Diantara berbagai perilaku yang masuk kategori ini adalah perilaku memukul diri sendiri, perilaku melukai diri sendiri, gangguan makan, dan lain sebagainya. Karenanya penting bagi orang tua dan guru/konselor untuk membantu anak mengembangkan konsep diri yang positif sehingga anak bisa merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Perilaku menyakiti diri sendiri adalah hal yang serius dan sangat berbahaya. Penting kita mencari bantuan profesional dalam menanggapi hal ini (hubungi saya jika kalian merasa ingin menyakiti diri sendiri)
Perilaku merokok (sebelum usia dewasa)
Agak sulit untuk menentukan kapan perilaku merokok pada remaja merupakan sebuah perilaku yang memiliki potensi negatif atau ia hanya merupakan perilaku mencoba-coba (experimenting) saja. Salah satu faktor untuk menentukan kapan perilaku ini menjadi sebuah perilaku negatif dapat dilihat dari faktor pendorong perilaku tersebut. Apabila faktor pendukung nya disebabkan oleh depresi atau perasaan merasa tidak berharga, maka bisa jadi perilaku ini berpotensi menjadi perilaku negatif. Hal lain untuk melihat sejauh mana perilaku ini berpotensi menjadi perilaku negatif dilihat dari frekuensi atau intensitas munculnya perilaku ini. Apabila sudah terbentuk pola ketergantungan dari remaja, maka bisa jadi perilaku ini memiliki potensi negatif.
ingat, tubuh kita saat merokok saat ini memang tidak langsung terlihat resiko penyakitnya saat ini, tetapi rusaknya tubuh kita karena merokok akan terlihat setelah 25 tahun kemudian, akan muncul berbagai penyakit beresiko tinggi
Penggunaan obat-obatan terlarang
Penggunaan obat-obatan terlarang berpotensi memunculkan kecanduan. selain dari melanggar hukum
Perilaku seksual yang beresiko
Dorongan seksual yang tinggi pada masa remaja seringkali membuat remaja melakukan aktivitas seksual. Pemahaman yang belum utuh mengenai kesehatan reproduksi seringkali membuat remaja melakukan aktivitas seksual yang beresiko. Diantara resiko yang mungkin muncul adalah adanya kehamilan yang tidak diinginkan dan menularnya infeksi penyakit dari aktivitas seksual. Adalah bentuk resiko yang dapat muncul dari perilaku seksual beresiko pada remaja.
Perilaku anti-sosial
Perilaku anti-sosial seringkali ditandai dengan menarik diri dari lingkungan sosial terdekat (social withdrawal). Remaja kehilangan minat untuk menjalin relasi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Pada beberapa kasus tertentu, perilaku anti-sosial dapat berkembang menjadi perilaku yang mengandung resiko kekerasan.
(Kipping, Campbell, MacArthur, Gunnell, & Hickman, 2012)
Ciri-ciri Remaja yang Rentan dengan Perilaku Beresiko
Terdapat beberapa ciri yang menunjukkan apakah seorang remaja rentan melakukan perilaku beresiko atau tidak. Meskipun ciri-ciri ini tidak bisa digeneralisir, akan tetapi paling tidak, ia dapat membantu orang tua dan guru dalam melakukan deteksi awal terhadap perilaku beresiko ini.
Remaja dengan tingkat resiliance (daya tahan) yang rendah cenderung lebih mudah terjebak ke dalam perilaku beresiko ini.
Remaja dengan tingkat self-esteem yang rendah cenderung lebih mudah terjebak ke dalam perilaku beresiko ini.
Remaja dengan tingkat self-efficacy yang rendah cenderung lebih mudah terjebak ke dalam perilaku beresiko ini.
Remaja dari kelompok marginal (kelompok yang berasal dari kalangan minoritas baik minoritas secara ekonomi, agama, suku bangsa, dan sebagainya) yang terekspose kepada ketidakadilan struktural seperti kemiskinan cenderung memiliki resiko untuk terjebak kedalam perilaku beresiko ini.
(Biglan, 2004)
Langkah-langkah menghindari Perilaku Berisiko
Agar remaja terhindar dari perilaku beresiko ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru sebagai berikut:
Mengembangkan pola asuh yang demokratis. Pada pola asuh ini orang tua dan guru akan menyeimbangkan antara kebebasan dan batasan yang diberikan kepada remaja. Orang tua dan guru mempercayai anak tapi pada saat yang sama mendiskusikan batasan yang harus diperhatikan remaja.
Mengembangkan suasana terbuka yang dilandasi kepercayaan. Orang tua dan guru harus memperlakukan remaja sebagai individu yang memiliki suara dan pendapat sendiri. Penting bagi orang tua dan guru untuk membiasakan diri mendiskusikan segala hal dengan terbuka kepada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Jackson, Geddes, Haw, and Frank (2012) menunjukkan bahwa remaja yang terbiasa mendiskusikan segala hal dengan orang tua dan guru, termasuk risk-taking behavior, cenderung akan terhindar dari perilaku negatif.
Membekali remaja dengan soft-skill yang akan membantu mereka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.
Disamping strategi yang dikembangkan oleh orang tua dan guru, remaja sendiri perlu mengembangkan langkah-langkah yang akan membantu mereka terhindar dari perilaku negatif:
Mengembangkan pola hidup sehat seperti membiasakan diri berolah raga dan makan makanan yang sehat.
Mengeskplorasi seluruh potensi diri dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra kurikulur yang sesuai dengan bakat dan minat remaja.
Mengembangkan konsep diri yang positif dengan menerima diri apa adanya.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychological Association. (n.a.). Washington: American Psychological Association.
Biglan, A. (2004). Helping adolescents at risk: Prevention of multiple problem behaviors: Guilford Press.
Jackson, C., Geddes, R., Haw, S., & Frank, J. (2012). Interventions to prevent substance use and risky sexual behaviour in young people: a systematic review. Addiction, 107(4), 733-747.
Kipping, R. R., Campbell, R. M., MacArthur, G. J., Gunnell, D. J., & Hickman, M. (2012). Multiple risk behaviour in adolescence. Journal of Public Health, 34(suppl_1), i1-i2. doi:10.1093/pubmed/fdr122
Komentar
Posting Komentar